Kata belanja biasa tak jauh dari kata ibu-ibu. Meski tidak selalu, yang muda pun suka belanja. Belanja dianggap kegiatan yang menyenangkan karena bisa memiliki apa yang kita inginkan. Belanja pun dirasa bisa menjadi obat penawar stress. Namun, pernah kah kita belanja dan ternyata apa yang kita belanjakan tidak dibutuhkan dan berakhir sia-sia? Pernahkah kita kesulitan diri dalam mengontrol diri untuk membeli sesuatu yang kadang tidak diperlukan?
Bisa jadi, itu tanda impulsive buying. Apa itu?
Impulsive buying adalah proses membeli suatu barang yang terjadi secara tiba-tiba, dimana si pembeli tidak ada niatan membeli sebelumnya. Misalnya ketika anda jalan-jalan kepasar, niatnya hanya beli karet rambut. Tapi ketika melihat baju yang lucu sekali dengan harga diskon, anda pun membelinya. Lalu berjalan lagi melihat mainan yang lucu, anda juga membelinya. Terus ketika dalam perjalanan pulang, ada pedagang yang menawarkan panci dengan diskon dan bonus, anda juga membelinya. Meskipun di rumah sudah ada segudang panci.
Peneliti menunjukkan bahwa dalam perilaku impulsive buying ini erat kaitannya dengan emosi si pelaku. Impulsive buying ini terjadi biasanya karena pelaku memiliki motivasi yang kuat yang berubah menjadi keinginan membeli produk dengan segara.
Nah, terus apa sih ciri-ciri impusive buying?
- Adanya perasaan berlebihan akan ketertarikan terhadap produk yang dijual
- Adanya perasaan untuk segara memiliki produk
- Mengabaikan segala konsekuensi setelah membeli produk (Misalnya,tidak peduli uang makan habis, yang penting beli sekarang)
- Adanya rasa puas
- Adanya konflik dalam diri antara pengendalian dan keinginan membeli
Impulsive buying erat kaitannya dengan pengendalian dan kesadaran diri. Jika kita mampu mengendalikan diri dengan baik, tidak mudah terpengaruh, kita pasti bisa menghindari sifat ini.
1 Komentar
Waduh..jangan-jangan saya termasuk yg impulsive buyer nih...Beberapa ciri-ciri kok mirip yah..ihiks banget..
BalasHapusSalam kenal kak, ditunggu kunjungannya ke blog sy hehe