Teganya Si Bapak

Suasana di luar hujan lebat dengan suara angin yang menderu-deru. Siapapun pasti langsung berkubung di dalam selimut untuk menghangatkan tubuh. Namun, tidak dengan Mirna. Dia tidak butuh selimut untuk menghangatkan diri. Tidak hanya hangat, tubuhnya panas dibakar api cemburu. Bagaimana tidak, tadi siang ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, suaminya merangkul seorang gadis muda dengan mesra. 

Lihat saja, sudah pukul 10 malam suaminya belum pulang lagi. Mirna yakin suaminya sedang berduaan dengan perempuan itu. Teman suaminya bilang dia sudah pulang dari jam 4 sore. Kemana lagi kalau bukan ke tempat selingkuhannya. Mirna tak menyangka 30 tahun menikah, suaminya tega bermain dibelakangnya, dengan gadis belia pula.

Sebenarnya Mirna sudah sering mendapat laporan dari istri sahabat suaminya. Bahkan Inna mengirimi foto suaminya tengah menggandeng mesra gadis itu. Mirna sudah tidak tahan. Lelaki yang ia pikir setia selama ini, ternyata sama saja. Dengan perasaan marah dan kacau, Mirna mengambil sebuah koper. Mirna mengambil semua pakaian milik suaminya dan melemparnya begitu saja ke dalam koper. Malam ini juga ia akan minta cerai.

"Assalamu'alaikum, bu, bapak pulang," terdengar suara suaminya membuka pintu.

"Darimana saja bapak, jam segini baru pulang?" tanya Mirna dengan nada suara yang tajam.

"Maaf bu, hujan lebat. Jadi bapak tunggu agak reda dulu," kata Pak Yanto sambil membuka kaos kakinya.

'Alasan,' pikir Mirna. Dia pikir Mirna bodoh dan bisa menerima alasannya begitu saja. Suaminya itu pakai mobil, kenapa harus menunggu hujan reda.

"Sudah berapa lama, Pak?" tanya Mirna.

Namun, sepertinya Yanto tidak menyadari raut tidak senang dari wajah istrinya. "Apanya, Bu?" tanya Yanto heran.

"Sudah berapa lama Bapak bersama wanita itu!" nada suara Mirna mulai meninggi.

"Ibu kenapa marah-marah begini? Dan wanita apa?" Heran melihat tingkah istrinya yang tak biasa.

Mirna sudah tidak tahan dengan kepura-puraan suaminya. Dengan wajah merah karena marah, Mirna melempar handphone miliknya ke arah suaminya. Untuk Pak Yanto berhasil menangkapnya.

"Bapak lihat foto itu!"

Pak Yanto pun melihat foto yang dimaksud Mirna dan ia mengernyitkan dagunya heran. "Foto apa ini, bu?"

Mirna melotot, suaminya benar-benar tidak sadar amarahnya sudah memuncak. "30 tahun kita menikah, pak. Bapak tega selingkuh dengan wanita yang masih belia. Aku tahu pak, aku tidak bisa memberi bapak keturunan, tapi apa bapak harus setega ini? Daripada dimadu, bapak lebih baik ceraikan aku malam ini juga!" tangis Mirna mulai pecah. Padahal ia sudah berusaha keras untuk tidak menangisi suaminya.

"Wah wah, tunggu dulu, bu. Gadis itu..."

"Bapak ga usah jelasin!" teriak Mirna memotong penjelasan suaminya.

"Bapak mau adobsi dia!" Pak Yanto pun tak tahan dengan tingkah laku istrinya yang asal main ambil kesimpulan sendiri.

"Adobsi?" suara Mirna mulai merendah.

Pak Yanto menghela nafas. Dari tadi dia masih berdiri di depan pintu. Dia berjalan pelan ke arah sofa. "Duduk sini, bu," ajak Pak Yanto.

Bu Mirna pun menurut.

Pak Yanto mengeluarkan selembar foto dari dalam tasnya. "Ini," ujar Pak Yanto sambil memberikan foto tersebut pada Mirna.

Bu Mirna pun meraih foto tersebut. Dilihatnya ada gambar seorang gadis kecil bersama bocah laki-laki, mungkin berumur 4 tahun.

"Namanya Nayla, usianya 14 tahun. Disampingnya itu adiknya, baru masuk 4 tahun," jelas Pak Yanto. "Ibu ingat minggu lalu Bapak pulang terlambat? Yang bapak bilang bantu korban kecelakan?"

Bu Mirna menangguk pelan.

"Mereka itu anak dari korban kecelakan itu. Kedua orangtua meninggal. Mereka tidak punya siapa-siapa. Keluarga pun tidak ada punya. Hati bapak jadi terpanggil untuk mengangkat mereka jadi anak, bu" jelas Pak Yanto pelan.

"Bapak kok ngga bilang dari tadi," suara Mirna makin pelan. Ia menatap ke bawah, malu melihat wajah suaminya.

"Ya Bapak mau jelasin, ibu udah main sembur saja."

Mirna makin menunduk. Ia memainkan ujung dasternya malu. "Ya kalau itu sih, ibu setuju."

Pak Yanto jadi geli sendiri melihat tingkah istrinya sekarang. "Ibu pikir bapak selingkuh sama Nayla? Dia masih SMP bu."

"Inna yang bilang. Tadi siang pun ibu lihat bapak gandengan tangan dengan..." Mirna tidak menyelasaikan kata-katanya.

"Ya iyalah bu. Itukan bapak lagi nyebrang. Nayla masih trauma soalnya. Tadi juga bapak habis dari rumahnya. Tapi listrik padam. Bapak ga tega ninggalin dia sama adiknya, hujan-hujan dalam keadaan gelap. Makanya bapak baru pulang."

Melihat istrinya yang masih menunduk sambil memainkan ujung dasternya, Pak Yanto jadi jahil. "Kalau ibu ga mau ngeliat bapak lagi, nanti bapak beneran cari yang muda nih."

"Bapak!"

"Ya bercandalah. Ibukan satu-satunya dihati bapak," Pak Yanto berkata sambil memegang tangan istrinya.

"Sadar umur, pak!" Wajah Mirna merah padam, kali ini karena tersipu malu.

"Haha... Besok bapak ajak ketemu Nayla dan adiknya. Sekarang Bapak mau mandi dulu. Ibu buatin kopi ya." Pak Yanto beranjak dari duduknya menuju kamar.

Mirna pun masih terduduk memperhatikan foto di tangannya. Ia senyum-senyum sendiri. Tidak sabar menunggu besok.

"Bu, baju-baju bapak mana?" teriak suaminya dari arah kamar.


Posting Komentar

7 Komentar

  1. Saya kira beneran selingkuh mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngga dong mba πŸ™ŒπŸ»πŸ™ŒπŸ»πŸ™ŒπŸ»

      Hapus
  2. Dibakar api cemburu rupanya. Cemburu memang tak kenal usia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cemburu kalau tepat, tanda sayang kan bu :))

      Hapus
  3. Tumben mba Nenty nulis fiksi. Keren 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lagi gada inspirasi mba 😒 jadi suka ngayal gtu πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

      Hapus
  4. mantap ceritanya ringan konfliknya langsung sekali terselesaikan. lucu sekali tokoh yg ada di cerita ini. lanjut kaak.
    Memang ya kalau sudah pemikiran negatif merasuki hal hal yang masuk akal pun hilang.

    BalasHapus